Monday

30-06-2025 Vol 19

SALDOBET – Jejak Sejarah Syiah di Indonesia: Berkembang Cepat, tapi Kenapa Kerap Dimusuhi?

Makam Mahligai - Kompleks makam Islam tertua di Indonesia sebagai bukti masuknya perdaban Islam di bumi Nusantara, di Barus, Tapteng, Sumut. (Foto: sumutprov.go.id/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta – Belakangan, istilah Syiah kerap diperbincangkan seturut perang Iran Israel. Diketahui, Iran merupakan negara Islam dengan penduduk mayoritas penganut Syiah.

Syiah bukan sekadar aliran dalam agama Islam, ada pula yang berpendapat berdiri sendiri sebagai sebuah agama yang mandiri. Pandangan ini patut dicermati karena dalam Syiahpun terdapat aliran yang aqidahnya serupa dengan Islam, namun ada pula yang justru berlawanan dalam prinsip aqidah islamiyah.

Jejak riwayat Syiah begitu panjang, bahkan hingga zaman Khulafaur Rasyidin. Kelahiran aliran Syiah tak lepas dari kondisi politik seusai wafatnya Nabi Muhammad SAW.

Syiah memuja Ali bin Abi Thalib _sepupu, menantu, sekaligus salah satu sahabat terbaik Nabi SAW_. Penganut Syiah menganggap Ali bin Abi Thalib lebih pantas memimpin umat Islam setelah wafatnya Rasulullah SAW.

Dalam Syiah sendiri, terdapat berbagai fraksi atau aliran yang antara satu dengan lainnya bertolak belakang. Terlepas dari itu, Syiah menyebar ke seluruh penjuru dunia, bahkan sejak zaman para Thabiin, atau abad 6-7 Masehi, termasuk ke Indonesia.

Di Indonesia, Syiah menjadi aliran minoritas yang pada akhirnya kerapkali tereksklusi. Di beberapa wilayah, penganut Syiah bahkan dimusuhi.

A Muchlison Rochmat dalam ulasannya di NU Online, menjelaskan, pada tahun 2016, Balitbang Diklat Kemenag melakukan kajian dan penelitian soal Syiah di Indonesia. Penelitian dilakukan di 22 daerah. “Di antara instrumen variabel yang dibahas dalam penelitian ini adalah terkait dengan perkembangan Syiah di Indonesia,” tulisnya, dikutip Jumat (27/6/2025).

 

Simak Video Pilihan Ini: