:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4990640/original/002536700_1730716657-tata-cara-sholat-idul-adha.jpg)
Liputan6.com, Jakarta Setiap tahun, umat Muslim merayakan momen istimewa dengan penuh suka cita, yaitu Hari Raya Kurban. Salah satu ibadah yang menjadi bagian penting dari perayaan ini adalah tata cara shalat Idul Adha, di mana memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan salat harian biasa. Ibadah ini dilaksanakan secara berjamaah dan disertai khutbah setelahnya, menjadi simbol kekompakan serta kesyukuran umat Islam atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT.
Melaksanakan tata cara shalat Idul Adha dengan benar adalah bentuk penghormatan terhadap syariat yang telah ditetapkan. Mulai dari niat, jumlah takbir yang lebih banyak di awal rakaat, hingga mendengarkan khutbah yang membahas makna pengorbanan dan keteladanan Nabi Ibrahim AS. Semua rangkaian ini memiliki nilai spiritual yang mendalam, sehingga penting untuk dipahami oleh setiap Muslim.
Bagi masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan maupun pedesaan, pelaksanaan ibadah ini biasanya dilakukan di lapangan terbuka atau masjid besar. Mengetahui tata cara shalat Idul Adha secara menyeluruh membantu jamaah agar lebih khusyuk dan tidak ragu dalam mengikuti imam. Apalagi momen ini hanya datang setahun sekali, sehingga persiapan lahir dan batin perlu dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Selain sebagai ibadah, momentum Idul Adha juga menjadi sarana mempererat tali silaturahmi antar sesama. Dengan memahami tata cara shalat Idul Adha, setiap individu diharapkan bisa lebih menghargai nilai kebersamaan serta pengorbanan yang menjadi inti dari perayaan ini. Kebersamaan dalam beribadah akan menumbuhkan semangat solidaritas dan kepedulian sosial yang lebih tinggi dalam kehidupan sehari-hari.
Berikut ini panduan lengkap tata cara shalat Idul Adha yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (5/6/2025).
Presiden Prabowo dijadwalkan bakal melakukan sholat Idul Adha 1446 H di Masjid Istiqlal. Usai menjalankan sholat Idul Adha, Prabowo bakal menyerahkan hewan kurban seberat 1,3 ton kepada panitia kurban.
Tata Cara Shalat Idul Adha
… Selengkapnya
Shalat Idul Adha dianjurkan dilaksanakan pada awal waktu setelah matahari terbit. Hal ini dimaksudkan agar memberi kesempatan yang luas kepada masyarakat yang hendak berkurban setelah shalat Idul Adha. Sementara batas akhir shalat Idul Adha adalah sebelum waktu Zuhur tiba pada hari yang sama, 10 Dzulhijjah.
Ustadz Mahbib kemudian membeberkan tata cara shalat Idul Adha dengan mengutip keterangan dari kitab Fashalatan karya Syekh KHR Asnawi, salah satu pendiri Nahdlatul Ulama asal Kudus.
1. Niat shalat Idul Adha
Niat shalat Idul Adha jika dilafalkan akan berbunyi “Ushallî sunnatan li ‘îdil adlhâ rak’taini” kalau dilaksanakan sendirian. Ditambah “imâman” kalau menjadi imam, dan “makmûman” kalau menjadi makmum.
أُصَلِّيْ سُنَّةً لعِيْدِ اْلأَضْحَى رَكْعَتَيْنِ (مَأْمُوْمًا/إِمَامًا) لِلّٰهِ تَعَـــالَى
Artinya: “Aku berniat shalat sunnah Idul Adha dua rakaat (menjadi makmum/imam) karena Allah ta’ala.”
2. Takbir
Setelah membaca doa iftitah, takbir lagi hingga tujuh kali untuk rakaat pertama. Di antara takbir-takbir itu dianjurkan membaca:
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
Artinya: “Allah Mahabesar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Mahasuci Allah, baik waktu pagi dan petang.”
Atau boleh juga membaca:
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
Artinya, “Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, Allah Mahabesar.”
3. Membaca Surat al-Fatihah
Setelah melaksanakan takbir itu, dianjurkan membaca Surat al-A’lâ. Berlanjut ke ruku’, sujud, duduk di antara dua sujud, dan seterusnya hingga berdiri lagi seperti shalat biasa.
4. Melanjutkan rakaat kedua
Dalam posisi berdiri kembali pada rakaat kedua, takbir lagi sebanyak lima kali seraya mengangkat tangan dan melafalkan “Allâhu Akbar” seperti sebelumnya. Di antara takbir-takbir itu, lafalkan kembali bacaan sebagaimana dijelaskan pada poin kedua. Usai membaca Surat al-Fatihah, pada rakaat kedua ini dianjurkan membaca Surat al-Ghâsyiyah. Berlanjut ke ruku’, sujud, dan seterusnya hingga salam.
5. Menyimak khutbah
Setelah salam, jamaah tak disarankan buru-buru pulang, melainkan mendengarkan khutbah Idul Adha terlebih dahulu hingga selesai. Hal demikian dikecualikan bila shalat id ditunaikan tidak secara berjamaah.
Hukum Shalat Idul Adha
… Selengkapnya
Memahami hukum dan keutamaan pelaksanaan shalat Idul Adha merupakan hal yang penting bagi setiap umat Islam, terutama karena ibadah ini memiliki kedudukan yang istimewa dalam syariat. Shalat Idul Adha tidak sekadar menjadi ritual tahunan, melainkan juga merupakan bentuk nyata dari kepatuhan seorang Muslim kepada perintah Allah SWT. Ibadah ini memiliki status hukum sunnah muakkadah, yakni ibadah sunnah yang sangat dianjurkan untuk dilakukan, khususnya bagi mereka yang telah mencapai usia baligh, memiliki akal sehat, dan tidak memiliki udzur syar’i.
Penegasan mengenai pentingnya shalat Idul Adha dapat ditemukan dalam sumber-sumber utama ajaran Islam, yaitu Al-Qur’an dan hadits-hadits shahih Rasulullah SAW. Kedua sumber hukum ini memberikan landasan yang kuat mengenai pelaksanaan shalat Idul Adha, sekaligus menegaskan keutamaannya. Dalil Al-Quran yang menjadi landasan hukum Shalat Idul Adha terdapat dalam surat Al-Kautsar ayat 2-3, Allah SWT berfirman yang artinya,
“Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu dan berkurbanlah.” Ayat ini menggambarkan pentingnya melaksanakan shalat Idul Adha dan berkurban sebagai bentuk pengabdian kepada Allah SWT.
Hadits yang menjadi penunjang hukum shalat Idul Adha adalah hadits Ummu ‘Athiyyah, “Nabi SAW memerintahkan kepada kami pada saat sholat ‘id (Idul Fitri ataupun Idul Adha) agar mengeluarkan para gadis (yang baru beranjak dewasa) dan wanita yang dipingit, begitu pula wanita yang sedang haid. Namun beliau memerintahkan pada wanita yang sedang haid untuk menjauhi tempat sholat” (HR. Muslim).
Hadits lain dari Thalhah Bin Ubaidillah, saat itu datang seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah SAW menanyakan tentang Islam, Rasulullah pun menjawab: “Shalat lima waktu di setiap sehari semalam, lalu lelaki itu bertanya kembali: Apakah ada selainnya yang diwajibkan untukku? Beliau pun menjawab: Tidak, kecuali jika engkau melakukan yang sunnah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa shalat Idul Adha memiliki dasar hukum yang kuat dalam ajaran Islam. Selain menjadi bagian dari sunnah yang sangat dianjurkan, ibadah ini juga memiliki banyak keutamaan, seperti mempererat ukhuwah Islamiyah, menyebarkan semangat kebersamaan dalam hari besar umat Islam, serta menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui dzikir, doa, dan rasa syukur. Oleh karena itu, sudah sepatutnya setiap Muslim menjadikan shalat Idul Adha sebagai bagian dari rutinitas ibadah tahunan yang dilakukan dengan penuh keikhlasan dan kekhusyukan.
Keutamaan Shalat Idul Adha
… Selengkapnya
Shalat Idul Adha bukan hanya menjadi bagian dari rangkaian ibadah tahunan yang penuh khidmat, namun juga mengandung keutamaan spiritual yang luar biasa bagi setiap Muslim yang melaksanakannya dengan sungguh-sungguh. Dalam Islam, pelaksanaan shalat ini menjadi momentum penting untuk mempererat hubungan dengan Allah SWT serta memperkuat ikatan kebersamaan antar sesama Muslim. Terdapat banyak keutamaan yang dapat diraih melalui ibadah ini, baik dari sisi pahala, pengampunan dosa, hingga penghargaan spiritual yang tinggi di sisi Allah SWT. \
Berikut ini adalah beberapa keutamaan shalat Idul Adha yang patut dipahami dan direnungkan:
1. Mendapatkan Cinta dan Keridhaan dari Allah SWT
Salah satu keutamaan paling istimewa dari ibadah yang dilakukan pada hari-hari Dzulhijjah, termasuk di dalamnya shalat Idul Adha, adalah bahwa amalan tersebut sangat dicintai oleh Allah SWT. Hal ini ditegaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, di mana Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak ada hari di mana amal saleh pada saat itu lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini, yaitu: sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah. Mereka bertanya: ya Rasulullah, tidak juga jihad fi sabilillah? Beliau menjawab: tidak juga jihad fi sabilillah, kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan sesuatu apapun.” (HR. Imam Bukhari).
2. Menjadi Penyempurna Amalan Kurban dan Penghapus Dosa
Shalat Idul Adha juga memiliki nilai spiritual yang besar karena beriringan dengan pelaksanaan ibadah kurban. Sebagai bagian dari totalitas ibadah hari raya ini, shalat tersebut menjadi bentuk penyempurna dari amal ibadah kurban yang dilaksanakan setelahnya. Bahkan, bagi mereka yang pada tanggal 9 Dzulhijjah telah menunaikan puasa sunnah Arafah, maka pelaksanaan shalat Idul Adha semakin menambah keberkahan.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda:
“Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyura (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR Muslim).
3. Mendapat Pahala yang Berlipat Ganda
Keistimewaan lain dari shalat Idul Adha adalah limpahan pahala yang tidak dapat disamakan dengan hari-hari biasa. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, Rasulullah SAW menyampaikan:
“Tidak ada hari-hari yang lebih Allah sukai untuk beribadah selain sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Satu hari berpuasa di dalamnya setara dengan satu tahun berpuasa. Satu malam mendirikan shalat malam setara dengan shalat pada malam Lailatul Qadar.” (HR At-Tirmidzi).
Termasuk dalam hadits itu adalah ibadah shalat Idul Adha yang dilaksanakan tanggal 10 Dzulhijjah setiap tahunnya.
Keutamaan Shalat Idul Adha juga tercermin dalam makna dan tujuan dari ibadah ini. Shalat Idul Adha merupakan bentuk ungkapan syukur dan penghormatan kepada Allah SWT atas nikmat-Nya, serta mengenang peristiwa besar dalam sejarah Islam yaitu kesediaan Nabi Ibrahim as. untuk mengorbankan anaknya, Nabi Ismail as., sebagai bentuk ketaatan yang luar biasa.