:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/3191036/original/025792900_1595821870-muslim-woman-pray-hijab_73740-674.jpg)
Liputan6.com, Jakarta – Terdapat anjuran melaksanakan puasa Dzulhijjah pada sembilan hari pertama bulan tersebut. Anjuran ini didasarkan pada hadis tentang sepuluh hari pertama Dzulhijjah yang disukai Allah SWT.
Khusus tanggal 8 dan 9 Dzulhijjah, puasa sunnahnya disebut puasa Tarwiyah dan Arafah. Dua puasa ini sunnahnya dilakukan oleh muslim yang tidak melaksanakan ibadah haji di Tanah Suci.
Umat Islam dapat melaksanakan puasa Dzulhijjah hari ke-6 pada Senin, 2 Juni 2025 yang bertepatan tanggal 6 Dzulhijjah 1446 H. Khusus tanggal tersebut yang bertepatan hari Senin, apakah boleh jika menggabung dua niat puasa sunnah?
Sebagaimana diketahui, puasa Senin termasuk amalan sunnah yang baik dilakukan oleh umat Islam. Puasa Senin juga telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Nabi Muhammad SAW melakukan puasa di hari Senin untuk memperingati hari kelahirannya, di samping ada keutamaan khusus jika mengamalkannya.
Simak penjelasan mengenai cara gabung puasa sunnah Dzulhijjah dan Senin 2025 lengkap dengan keutamaannya.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Jenazah Nelayan Dievakuasi dari Perairan Nusakambangan Cilacap
Dua Pendapat tentang Gabung Puasa Sunnah
… Selengkapnya
Terdapat dua pendapat mengenai boleh atau tidaknya menggabung dua niat puasa sunnah. Berikut penjelasannya yang dinukil dari laman NU Online.
Imam Jalaluddin As-Suyuthi dalam kitab al-Asybah wan Nadhair menerangkan, menggabungkan dua niat sunah menurut Imam al-Qaffal kedua ibadah tersebut tidak sah dilakukan secara bersamaan. Namun, pendapat Imam al-Qaffal ini dibantah dengan sebuah kasus bahwa berniat mandi sunnah untuk sholat Jumat dan mandi sunah hari raya keduanya dianggap sah dikerjakan secara bersamaan.
الرَّابِعُ: أَنْ يَنْوِي مَعَ النَّفْلِ نَفْلًا آخَر: فَلَا يَحْصُلَانِ. قَالَهُ الْقَفَّالُ وَنُقِضَ عَلَيْهِ بِنِيَّتِهِ الْغُسْل لِلْجُمُعَةِ وَالْعِيد، فَإِنَّهُمَا يَحْصُلَانِ. قُلْت: وَكَذَا لَوْ اجْتَمَعَ عِيد وَكُسُوف، خَطَبَ لَهُمَا خُطْبَتَيْنِ، بِقَصْدِهِمَا جَمِيعًا ذَكَرَهُ فِي أَصْلِ الرَّوْضَةِ، وَعَلَّلَهُ بِأَنَّهُمَا سُنَّتَانِ، بِخِلَافِ الْجُمُعَة وَالْكُسُوف، وَيَنْبَغِي أَنْ يُلْحَق بِهَا مَا لَوْ نَوَى صَوْم يَوْم عَرَفَة وَالِاثْنَيْنِ مَثَلًا، فَيَصِحّ
Artinya, “Keempat: Jika seseorang berniat menggabungkan dua niat untuk dua ibadah sunnah, maka kedua ibadah tersebut tidak sah dilakukan secara bersamaan. Pendapat ini disampaikan oleh Al-Qaffal. Namun, pendapat tersebut dibantah dengan contoh berniat mandi untuk Jumat dan hari raya, dimana keduanya dianggap sah.”
“As-Suyuthi berkata: Begitu juga, jika salat Id dan shalat kusuf berkumpul (waktunya bersamaan), maka seseorang dapat berkhutbah dua kali dengan niat untuk keduanya sekaligus. Hal ini disebutkan dalam kitab Ar-Raudhah dan dikuatkan dengan alasan bahwa keduanya adalah ibadah sunnah, berbeda dengan shalat Jumat dan salat kusuf.”
“Dan seyogyanya dapat disamakan juga, seseorang yang berniat puasa hari Arafah dan hari Senin misalnya, maka puasa tersebut tersebut sah.” Jalaluddin Abdurrahman as-Suyuthi, al-Asybah wan Nadhair, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah, cetakan pertama: 1403 H] juz I halaman 23).
Imam Bujairimi lebih tegas menyatakan keabsahan puasa yang dikerjakan dengan cara menggabungkan dua niat puasa sunah sekaligus atau hanya satu niat saja.
تَنْبِيهٌ: قَدْ يُوجَدُ لِلصَّوْمِ سَبَبَانِ، كَوُقُوعِ عَرَفَةَ وَعَاشُورَاءَ يَوْمَ اثْنَيْنِ أَوْ خَمِيسٍ، وَكَوُقُوعِهِمَا فِي سِتَّةِ شَوَّالٍ فَيَتَأَكَّدُ صَوْمُ مَا لَهُ سَبَبَانِ رِعَايَةً لِكُلٍّ مِنْهُمَا، فَإِنْ نَوَاهُمَا حَصَلَا كَالصَّدَقَةِ عَلَى الْقَرِيبِ صَدَقَةً وَصِلَةً وَكَذَا لَوْ نَوَى أَحَدَهُمَا فِيمَا يَظْهَرُ.
Artinya, “Peringatan: Terkadang ditemukan puasa memiliki dua sebab, seperti hari Arafah atau Asyura yang jatuh pada hari Senin atau Kamis, atau kedua hari tersebut jatuh dalam enam Syawal. Dalam kondisi seperti ini, puasa tersebut menjadi lebih ditekankan karena mengandung dua sebab, dengan memperhatikan keutamaan masing-masing. Jika seseorang berniat puasa untuk keduanya sekaligus, maka pahala dari kedua puasa tersebut dapat diperoleh, sebagaimana sedekah kepada kerabat yang sekaligus menjadi bentuk sedekah dan silaturahmi. Begitu juga, jika ia hanya berniat untuk salah satunya, berdasarkan apa yang tampak jelas.” (Sulaiman bin Muhammad bin Umar Al-Bujairami, Tuhfatul Habib ‘ala Syarhil Khatib al-Bujairimi ‘ala Syarhil Minhaj, [Beirut, Darul Fikr: 1995 M], juz II halaman 404).
Terkait dengan pahala yang didapatkan itu tergantung dari yang diniatkan. Berikut penjelasan Imam Ibnu Hajar selengkapnya.
وَسُئِلَ فَسَّحَ اللَّهُ فِي مُدَّتِهِ عَمَّنْ نَوَى صَوْمَ يَوْمِ عَرَفَة مَعَ فَرْضٍ أَوْ كَانَ نَحْوُ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ وَنَوَى صَوْمَهُ عَنْ عَرَفَة وَكَوْنه يَوْمَ الِاثْنَيْنِ فَهَلْ تَحْصُل لَهُ سُنَّةُ صَوْمِهِ؟ فَأَجَابَ بِقَوْلِهِ الَّذِي يَقْتَضِيه كَلَامُهُمْ أَنَّ الْقَصْدَ إشْغَالُ ذَلِكَ الزَّمَانِ بِصَوْمٍ كَمَا أَنَّ الْقَصْدَ بِالتَّحِيَّةِ إشْغَال الْبُقْعَةِ بِصَلَاةٍ وَحِينَئِذٍ فَإِنْ نَوَاهُمَا حَصَلَا أَوْ نَوَى أَحَدَهُمَا سَقَطَ طَلَبُ الْآخَرِ وَلَا يَحْصُلُ ثَوَابُهُ
Artinya, “Imam Ibnu Hajar pernah ditanya, tentang seseorang yang berniat puasa Arafah sekaligus dengan puasa wajib, atau ketika bertepatan dengan hari Senin, lalu ia berniat untuk berpuasa Arafah sekaligus puasa sunnah Senin, apakah ia mendapatkan keutamaan puasa sunnah tersebut?” “Maka beliau menjawab: Pendapat yang sesuai dengan pernyataan para ulama adalah bahwa tujuan utama dari puasa tersebut adalah mengisi waktu tersebut dengan puasa, sebagaimana tujuan shalat Tahiyatul Masjid adalah menggunakan tempat itu untuk ibadah salat. Oleh karena itu, jika ia berniat untuk keduanya sekaligus, maka kedua ibadah itu dianggap telah dilaksanakan. Namun, jika ia hanya berniat salah satunya, maka tuntutan untuk yang lain gugur, tetapi ia tidak mendapatkan pahala.” (Ibnu Hajar Al-Haitami, Al-Fatawa Al-Fiqhiyah Al-Kubro, [Mesir, Al-Maktabah Al-Islamiyah: tt], juz II, halaman 85).
Dapat disimpulkan bahwa menggabungkan niat puasa sunnah Dzulhijjah dan puasa Kamis diperbolehkan. Jika digabungkan niatnya, maka ia akan mendapat dua pahala puasa sunnah sekaligus.
Jika niatnya hanya satu puasa, maka pahala yang didapatkan hanya satu pahala puasa sunnah yang diniatkan saja. Sedangkan tuntutan puasa sunnah yang lain otomatis telah gugur dengan dikerjakannya puasa sekalipun tidak diniatkan.
Niat Puasa Dzulhijjah dan Senin
… Selengkapnya
Berikut niat puasa Dzulhijjah dan puasa Senin.
نَوَيْتُ صَوْمَ شَهْرِ ذِيْ الْحِجَّةِ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma syahri dzil hijjah sunnatan lillâhi ta‘âlâ.
Artinya, “Saya niat puasa sunnah bulan Dzulhijjah karena Allah ta’âlâ.”
نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma yaumil itsnaini lillâhi ta‘âlâ.
Artinya, “Aku berniat puasa sunah hari Senin karena Allah ta‘âlâ.”
Keutamaan Puasa Dzulhijjah dan Senin
… Selengkapnya
Melansir NU Online, melaksanakan puasa di awal Dzulhijjah hukumnya sunnah. Adapun keutamaan bagi yang melaksanakannya ialah mendapat pahala yang berlipat ganda. Hal tersebut sebagaimana diterangkan dalam hadis yang diriwayatkan Imam At-Tirmidzi.
مَا مِنْ أَيَّامٍ أَحَبَّ إِلَى اللّٰهِ أَنْ يُتَعَبَّدَ لَهُ فِيْهَا مِنْ عَشْرِ ذِي الْحِجَّةِ يَعْدِلُ صِيَامُ كُلِّ يَوْمٍ مِنْهَا بِصِيَامِ سَنَةٍ وَقِيَامُ كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْهَا بِقِيَامِ لَيْلَةِ الْقَدْرِ
Artinya, “Tidak ada hari-hari yang lebih Allah sukai untuk beribadah selain sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, satu hari berpuasa di dalamnya setara dengan satu tahun berpuasa, satu malam mendirikan shalat malam setara dengan shalat pada malam Lailatul Qadar.” (HR At-Tirmidzi).
Adapun puasa Senin, amalan sunnah ini berpasangan dengan puasa Kamis. Oleh karenanya, banyak keutamaan puasa Senin yang selalu bersandingan dengan puasa Kamis. Beberapa keutamaan puasa Senin-Kamis antara lain sebagai berikut.
1. Puasa yang Selalu Dilakukan Rasulullah SAW
كَانَ النَّبِيُّ ﷺ يَتَحَرَّى صَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ
Artinya, “Nabi SAW selalu menjaga puasa Senin dan Kamis.” (HR Tirmidzi dan Ahmad).
2. Hari Dibukanya Pintu Surga
Terrmasuk keistimewaan puasa Senin dan Kamis berikutnya adalah pada kedua hari itu Allah membuka pintu surga-Nya. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah berikut:
تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا إِلَّا رَجُلًا كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ
Artinya: “Sesungguhnya pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis. Semua dosa hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu akan diampuni, kecuali bagi orang yang antara dia dan saudaranya terdapat kebencian dan perpecahan.” (HR Muslim, No. 4652)
Wallahu a’lam.